Become
your Magichours
Karya
: Atifatul Qalbi Kadir
Cinta. Aku bahkan sangat membenci
cinta. Hanya sakit, luka dan fatamorgana bahagia. Disaat orang-orang bahagia
dengan cinta aku sangat kasihan dengan kepura-puraan mereka. Hanya cinta yang
mampu membuat orang menangis tersedu-sedu dan sedikit tersenyum. Hanya ketika
semuanya terasa indah dan bahkan kau belum paham, tak akan ada tangis. Namun
ketika kau paham cinta, hanya tangis yang akan menemani malam-malammu.
Harapan akan cinta, mimpi akan
cinta, semuanya akan menjatuhkanmu pada kejahatan cinta. Betapa jahatnya
ia hingga melukai hati orang banyak.
Hingga aku sendiri telah dijatuhkannya dalam luka yang penuh harap. Ia kirimkan
seorang pasukannya bak kesatria sempurna ke sisi seorang gadis yang haus akan
harap dan mimpi ini. Tentu mudah bagi cinta menghancurkan gadis itu.
Setiap hari bahkan setiap waktu,
sang gadis terus memandang dan tak luput pula dari pikirnya sang kesatria itu.
Sang gadis selalu datang lebih awal ke sekolah yang mempertemukan mereka, di
sebuah jembatan di taman sekolah layaknya jembatan romantis pada drama korea rooftop prince salah satu bagian dari
mimpinya. Hanya untuk memandang laki-laki itu walau hanya sepintas lewat,
hatinya akan tentram sepanjang hari. Cinta betul-betul telah merasuki seluruh
bulir-bulir darahnya. Hingga sang gadis bahkan menemukan keberaniannya untuk
sekedar mengantarkan sekotak makanan berisi nasi goreng dan telur mata sapi
yang ia buat dengan menghabiskan uang jajannnya. Dan hanya dibalas sebuah
senyum.
“
Taruh saja disana. Terima kasih.”
“
Tentu, sama-sama. Aku harap kau suka”
Senyum sang kesatria sanggup
membuatnya kenyang sepanjang hari, hingga ia lupa tak pernah makan ataupun
minum setetes pun. Ia lakukan itu sepanjang waktu. Sepanjang ia mendapatkan
sebuah senyuman yang menurutnya hal yang paling berharga.
Namun hingga tiba waktunya, ia
merasa perlu bertanya tentang tanggapan sang kesatria tentang nasi goreng itu.
“
Apakah ada yang kurang? Apakah ia sudah bosan dan ingin menu baru?”
Ia
terus penasaran. Yah cinta telah mengubahnya seperti seorang pramusaji pribadi
sang kesatria itu. Ia pun pergi dengan langkah yang pasti menuju jembatan yang
ia sudah tahu dan paham merupakan tempat sang kesatria menghabiskan waktunya.
“
Bagaimana?”
“
Apanya?”
“
Nasi gorengnya. Apa ada yang kurang atau mau masakan lain? Nanti aku bisa
buatkan”
“
Oh kau yang selalu bawa bungkusan dengan pita merah muda itu? Jadi isinya nasi
goreng, kalau mau tanya apanya yang kurang, tanya saja sama teman sekelasku
pasti mereka tahu banyak.”
Mata sang gadis kosong, hanya hitam
putih namun tanpa makna.
“
Ternyata tak pernah ia coba.”
Hati
sang gadis berkecamuk, namun segurat senyum tetap nampak.
“
Iya nanti aku tanya ya.”
“
Oh iya, kamu buka catering aja,
daripada bawa cuma-cuma terus, dan sepertinya mereka juga suka”
“
Iya.” Jawab sang gadis dengan senyum yang lebih lebar.
Mungkin kamu bisa tebak betapa
hancurnya hati sang gadis. Ia terus menangis mengiringi tenggelamnya mentari
dan tangisnya pun ikut menyambut terbitnya mentari. Hingga ia sendiri lupa
sudah berapa tetes air mata yang tumpah ruah dan tak kunjung terhenti.
Untuk
pertama kalinya lagi dalam 7 tahun terakhir ia menangis. Yang terakhir ia ingat
menangis dan merasakan sakit luar biasa ketika sang ayah pergi dari rumah tepat
7 hari setelah ibunya meninggal dan meninggalkan sang gadis bersama seorang
nenek yang tua renta dan bekerja sebagai seorang buruh jahit disebuah konveksi.
Tak banyak lagi yang bisa dilakukan sang nenek hingga upah pun tak seberapa.
Sang gadis pun juga harus bekerja, semuanya ia mulai coba lakukan. Mulai dari
menjual kue, ikut menjadi buruh jahit, hingga menjadi buruh cuci pun sudah ia
coba. Namun sekarang pekerjaan-pekerjaan itu seakan bukan hak sang gadis lagi,
lebih banyak orang dewasa yang bisa diandalkan daripada seorang gadis
sepertinya. Dan akhirnya sang neneklah yang harus menanggung hidupnya
sepenuhnya.
Dan kamu tentu sudah bisa menebak
dari mana uang yang ia gunakan untuk membuat nasi goreng itu. Yah dari uang
jajan yang ia dapat dari sang nenek lalu ia tabung. Dan hanya dalam beberapa
hari uang itu habis, tapi nasi gorengnya disentuh pun tidak. Padahal tekad
besarnya telah membumbung untuk mencari kerja agar bisa membuat masakan lain
untuk sang kesatria.
Ironis memang. Namun kamu pasti akan
menemukan kisah yang jauh lebih ironis karena cinta. Jauh lebih tak masuk akal
dari kisah gadis yang bahkan setelah itu tetap mencintai sang kesatria bahkan jauh
lebih mencintainya. Ia terus mengirimkan sepucuk surat yang ia tinggalkan di
bangku sekitar jembatan favorit sang kesatria. Mungkin kalian akan berpikir
bahwa ia adalah gadis bodoh. Ya, dan aku setuju. Ia betul-betul telah menjadi
idiot karena cinta.
Bagaimana
bisa ia berharap laki-laki itu membaca atau bahkan membalas surat-suratnya,
tidak akan, karena cinta tak sebaik itu. Ia dalam kebodohannya terus meyakinkan
dirinya bahwa setidaknya sang kesatria suatu saat nanti akan berbalik dan
melihatnya. Ia tak peduli selama apapun itu karena ia yakin bisa menaklukkan
hati laki-laki itu dengan untaian kata yang ia rangkai seindah mungkin, dan
kamu pasti sudah bisa menebak, tak pernah ada respon. Satu minggu, satu bulan,
tidak dia sudah lama melalui waktu itu dalam rutinitas yang sangat
disenanginya, bahkan ia tak pernah lupa untuk menampakkan segurat senyum saat
meletakkan surat itu. Berharap alam merekamnya dan bisa mempertontonkannya pada
sang kesatria.
Tentu. Tak ada kata jenuh baginya,
bahkan kirim-mengirim surat itu telah menjadi PR tersendiri baginya, yang jika
ia tidak kerjakan akan membuatnya khawatir sepanjang hari akan wajah sang guru
yang siapp menghukumnya. Entah itu membersihkan saat kelas usai, duduk di bawah
meja atau bahkan yang lebih malu lagi berdiri dihadapan seluruh siswa pada saat
upacara. Dan rasa takut yang lebih lagi akan menghantuinya bila ia tak menulis
surat barang sehari. Bahkan hari minggu pun tak libur untuk menulis surat.
Karena ia akan membawa surat itu keesokannya bersama surat untuk hari itu.
Banyak hal yang ia tulis dalam
setiap suratnya. Bahkan ia seakan tak pernah kehabisan ide, dimulai dari
menanyakan kabar, motivasi-motivasi yang ia kutip dari orang-orang bijak idola
remaja seperti Mario Teguh, Tere-Liye dan banyak lagi, bahkan kisah hidupnya
pun tak luput dari penceritaannya dan
seringkali ia sisipkan sedikit humor berharap ia bisa melihat senyum sang
kesatria.
Melihat
jauh dari perjuangan sang gadis kamu pasti akan berpikir bahwa laki-laki itu
betul-betul seorang kesatria sempurna berwajah tampan, murah hati pada semua
oranng dan dikelilingi keahlian yang luar biasa hebatnya, layaknya kesatria
pada masa kerajaan joseon.
Namun
sebelum lebih jauh membaca kisah ini, aturan pertama kalian harus membuang
bayangan dan khayal kalian tentang sosok kesatria yang seperti itu. Karena ia
hanya laki-laki berwajah standar dengan lesung pipi di kedua pipinya. Dan ia
pun tak mampu berkuda, memanah atau ahli menggunakan pedang layaknya kesatria
lain. Hanya bergitar keahlian yang bisa ia banggakan. Dan masalah kerendahan
hati, kamu bisa mengukur sendiri kerendahan hatinya. Atau kau mungkin
membayangkan seorang kesatria modern yang super kaya, pintar lagi. Tidak. Dia
tidak sesempurna itu. Kehidupannya sederhanawalau memang ia adalah salah
satupria tercerdas di sekolah itu. Dan mungkin itulah yang membuat gadis itu
sangat mencintai laki-laki itu. Jika kau ingin tahu alasan lain kau tanya saja
langsung kalau bertemu langsung dengannya.
Namun
sekonyol apapun gadis itu. Setidaknya ia berhak mendapatkan hasil dari
usahanya. Dan betul saja ada sedikit belas kasih dari alam dan langit. Karena
sang kesatria sedang duduk ketika ia mengantar sepucuk surat lagi dengan
rajinnya ke sana.
“
Kamu lagi? Sudah berapa banyak?”
“
Entah”
“
Lebay”
Lagi
dan lagi, sebagai seseorang yang sedang jatuh cinta kamu mungkin akan menangis
tersedu-sedu karena merasa sangat tersinggung dan memutuskan untuk berhenti
mencintai laki-laki seperti itu. Tapi gadis itu berbeda, ia seakan telah jatuh
cinta dan patah hati dalam waktu yang bersamaan. Ia menjadi orang yang penuh
cinta saat melancarkan setiap aksi bodohnya itu. Namun menjadi orang yang
layaknya telah patah hati berkali-kali ketika harus menerima sakitnya cinta,
sehingga ia tak peduli dan tidak terasa sakit lagi. Ia terlalu bodoh. Cinta
bahkan lebih berbahaya dari zat-zat kimia pada makanan yang bisa merusak otak
dan menggiringmu pada kebodohan.
Selalu
tersenyum saat melihatnya. Dan mencari saat tak menemukannya. Itukah yang
sering dirasakan orang- orang yang jatuh akan kenikmatan cinta? Sangat terasa
bila ia tak ada dan bagaimanapun keindahan lain yang ditawarkan tak akan mampu
membuat gadis ini merasa tenang tanpanya.
Namun
pada suatu hari yang sangat cerah. Awan hitam datang pada sang gadis. Ternyata
sang ksatria yang telah ia kagumi selama ini telah mempunyai kenangan indah
dengan gadis lain sebelumnya. Walau sekarang memang tak ada tapi fakta itu
cukup memukulnya. Ternyata ia tak akan mungkin menjadi yang pertama lagi
padahal ia sudah berjanji untuk menjadikan sang ksatria yang pertama.
Tak
juga terlalu buruk baginya, walau faktta kembali menghantamnya bahwa salah satu
mantan sang ksatria adalah teman seangkatannya yang memang terlihat sempurna.
Cantik, putih ditambah lagi dia tergolong gadis yang cerdas. Itu menyadarkan
sang gadis bahwa standar sang ksatria memang tak main- main.
Hari
boleh berganti, bumi boleh menjadi lebih usang. Tapi, satu hal yang ia harap
tak akan berubah yaitu sebuah harapan yang bisa terus terbuka untuknya. Inilah
yang menjadikannya sangat sulit karena tinggal menghitung hari lagi sang
ksatria sudah akan lulus SMA itu berarti kesempatannya tak akan lama lagi.
Tapi,
yang lebih malang lagi adalah kenyataan
bahwa tak ada perkembangan antara mereka berdua. Bahkan kini, mungkin sang
ksatria telah lupa wajah gadis ini sejak waktu pemberian makanan itu. Mungkin
ini waktunya untuk menyerah.
Tapi,
senyum sang ksatria yang kini lebih sering mengembang seakan ia berada pada
pucuk kebahagiaannya membuat gadis ini malah terus memupuk rasanya agar lebih
subur lagi. Mungkin senyum itu bukan untuknya. Tapi, toh tak ada yang melarang
melihatnya.
Terlebih
lagi meenjelang akhir kelulusannya sang ksatria
kini mengalami kemajuan pesat. Ia lebih taat beribadah bahkan
menghabiskan banyak waktunya di masjid. Dan ini sungguh sudah menambah dertan
alasan sang gadis uuntuk lebih mengagumi sang ksatria. Seeorang imam yang baik,
ucapnnya terus dalam hati.
Dan
moment itulah yang membuatnya mempunyai kesempatan untuk mengagumi sang ksatria
walau harus secara sangat rahasia. Tapi, kau harus tahu bahwa luka yang lebih
besar siap menganga dihadapannya kali ini. Sebab tak ada lagi pelangi yang akan
bersinar lebih lama.
Dan
alasan yang sangat jelas tentunya. Karena ia tahu di langit tak mungkin ada dua
pelangi dalam satu waktu dan tempat yang sama. Mungkinkah ini pertanda ia harus
berganti peran menjadi hujan saja yang harus merelakan pelangi untuk menjadi
penghias langit yang memukau.
Tapi,
tak semudah itu menjadi hujan. Ia tak cukup jenuh untuk meneteskan butir demi
butirnya. Tapi, secepatnya ia harus belajar jenuh atau waktu akan merubahnya
menjadi matahari. Sosok yang masih mempunyai semangat namun terpaksa tenggelam
karena masa yang habis. Sosok yang dirayakan kepergiannya dengan keajaiban
semest yang kita kenal dengan sunset. Magichours
Itulah
cinta, ajaib pada orang yang menganggapnya seperti itu. Atau hanya rasa sakit,
sedih, kesal atau juga berbunga- bunga. Tergantung. Karena semua respon sang
hati berawal dari anggapan sang pemilik hati.