Sabtu, 02 April 2016

Bismillaahirrahmaanirrahim. Guys! Cerpen kali ini sedikit berbau cinta. Enjoy it!



Become your Magichours
Karya : Atifatul Qalbi Kadir
            Cinta. Aku bahkan sangat membenci cinta. Hanya sakit, luka dan fatamorgana bahagia. Disaat orang-orang bahagia dengan cinta aku sangat kasihan dengan kepura-puraan mereka. Hanya cinta yang mampu membuat orang menangis tersedu-sedu dan sedikit tersenyum. Hanya ketika semuanya terasa indah dan bahkan kau belum paham, tak akan ada tangis. Namun ketika kau paham cinta, hanya tangis yang akan menemani malam-malammu.
            Harapan akan cinta, mimpi akan cinta, semuanya akan menjatuhkanmu pada kejahatan cinta. Betapa jahatnya ia  hingga melukai hati orang banyak. Hingga aku sendiri telah dijatuhkannya dalam luka yang penuh harap. Ia kirimkan seorang pasukannya bak kesatria sempurna ke sisi seorang gadis yang haus akan harap dan mimpi ini. Tentu mudah bagi cinta menghancurkan gadis itu.
            Setiap hari bahkan setiap waktu, sang gadis terus memandang dan tak luput pula dari pikirnya sang kesatria itu. Sang gadis selalu datang lebih awal ke sekolah yang mempertemukan mereka, di sebuah jembatan di taman sekolah layaknya jembatan romantis pada drama korea rooftop prince salah satu bagian dari mimpinya. Hanya untuk memandang laki-laki itu walau hanya sepintas lewat, hatinya akan tentram sepanjang hari. Cinta betul-betul telah merasuki seluruh bulir-bulir darahnya. Hingga sang gadis bahkan menemukan keberaniannya untuk sekedar mengantarkan sekotak makanan berisi nasi goreng dan telur mata sapi yang ia buat dengan menghabiskan uang jajannnya. Dan hanya dibalas sebuah senyum.
“ Taruh saja disana. Terima kasih.”
“ Tentu, sama-sama. Aku harap kau suka”
            Senyum sang kesatria sanggup membuatnya kenyang sepanjang hari, hingga ia lupa tak pernah makan ataupun minum setetes pun. Ia lakukan itu sepanjang waktu. Sepanjang ia mendapatkan sebuah senyuman yang menurutnya hal yang paling berharga.
            Namun hingga tiba waktunya, ia merasa perlu bertanya tentang tanggapan sang kesatria tentang nasi goreng itu.
“ Apakah ada yang kurang? Apakah ia sudah bosan dan ingin menu baru?”
            Ia terus penasaran. Yah cinta telah mengubahnya seperti seorang pramusaji pribadi sang kesatria itu. Ia pun pergi dengan langkah yang pasti menuju jembatan yang ia sudah tahu dan paham merupakan tempat sang kesatria menghabiskan waktunya.
“ Bagaimana?”
“ Apanya?”
“ Nasi gorengnya. Apa ada yang kurang atau mau masakan lain? Nanti aku bisa buatkan”
“ Oh kau yang selalu bawa bungkusan dengan pita merah muda itu? Jadi isinya nasi goreng, kalau mau tanya apanya yang kurang, tanya saja sama teman sekelasku pasti mereka tahu banyak.”
            Mata sang gadis kosong, hanya hitam putih namun tanpa makna.
“ Ternyata tak pernah ia coba.” 
Hati sang gadis berkecamuk, namun segurat senyum tetap nampak.
“ Iya nanti aku tanya ya.”
“ Oh iya, kamu buka catering aja, daripada bawa cuma-cuma terus, dan sepertinya mereka juga suka”
“ Iya.” Jawab sang gadis dengan senyum yang lebih lebar.
            Mungkin kamu bisa tebak betapa hancurnya hati sang gadis. Ia terus menangis mengiringi tenggelamnya mentari dan tangisnya pun ikut menyambut terbitnya mentari. Hingga ia sendiri lupa sudah berapa tetes air mata yang tumpah ruah dan tak kunjung terhenti.
Untuk pertama kalinya lagi dalam 7 tahun terakhir ia menangis. Yang terakhir ia ingat menangis dan merasakan sakit luar biasa ketika sang ayah pergi dari rumah tepat 7 hari setelah ibunya meninggal dan meninggalkan sang gadis bersama seorang nenek yang tua renta dan bekerja sebagai seorang buruh jahit disebuah konveksi. Tak banyak lagi yang bisa dilakukan sang nenek hingga upah pun tak seberapa. Sang gadis pun juga harus bekerja, semuanya ia mulai coba lakukan. Mulai dari menjual kue, ikut menjadi buruh jahit, hingga menjadi buruh cuci pun sudah ia coba. Namun sekarang pekerjaan-pekerjaan itu seakan bukan hak sang gadis lagi, lebih banyak orang dewasa yang bisa diandalkan daripada seorang gadis sepertinya. Dan akhirnya sang neneklah yang harus menanggung hidupnya sepenuhnya.
            Dan kamu tentu sudah bisa menebak dari mana uang yang ia gunakan untuk membuat nasi goreng itu. Yah dari uang jajan yang ia dapat dari sang nenek lalu ia tabung. Dan hanya dalam beberapa hari uang itu habis, tapi nasi gorengnya disentuh pun tidak. Padahal tekad besarnya telah membumbung untuk mencari kerja agar bisa membuat masakan lain untuk sang kesatria.
            Ironis memang. Namun kamu pasti akan menemukan kisah yang jauh lebih ironis karena cinta. Jauh lebih tak masuk akal dari kisah gadis yang bahkan setelah itu tetap mencintai sang kesatria bahkan jauh lebih mencintainya. Ia terus mengirimkan sepucuk surat yang ia tinggalkan di bangku sekitar jembatan favorit sang kesatria. Mungkin kalian akan berpikir bahwa ia adalah gadis bodoh. Ya, dan aku setuju. Ia betul-betul telah menjadi idiot karena cinta.
Bagaimana bisa ia berharap laki-laki itu membaca atau bahkan membalas surat-suratnya, tidak akan, karena cinta tak sebaik itu. Ia dalam kebodohannya terus meyakinkan dirinya bahwa setidaknya sang kesatria suatu saat nanti akan berbalik dan melihatnya. Ia tak peduli selama apapun itu karena ia yakin bisa menaklukkan hati laki-laki itu dengan untaian kata yang ia rangkai seindah mungkin, dan kamu pasti sudah bisa menebak, tak pernah ada respon. Satu minggu, satu bulan, tidak dia sudah lama melalui waktu itu dalam rutinitas yang sangat disenanginya, bahkan ia tak pernah lupa untuk menampakkan segurat senyum saat meletakkan surat itu. Berharap alam merekamnya dan bisa mempertontonkannya pada sang kesatria.
            Tentu. Tak ada kata jenuh baginya, bahkan kirim-mengirim surat itu telah menjadi PR tersendiri baginya, yang jika ia tidak kerjakan akan membuatnya khawatir sepanjang hari akan wajah sang guru yang siapp menghukumnya. Entah itu membersihkan saat kelas usai, duduk di bawah meja atau bahkan yang lebih malu lagi berdiri dihadapan seluruh siswa pada saat upacara. Dan rasa takut yang lebih lagi akan menghantuinya bila ia tak menulis surat barang sehari. Bahkan hari minggu pun tak libur untuk menulis surat. Karena ia akan membawa surat itu keesokannya bersama surat untuk hari itu.
            Banyak hal yang ia tulis dalam setiap suratnya. Bahkan ia seakan tak pernah kehabisan ide, dimulai dari menanyakan kabar, motivasi-motivasi yang ia kutip dari orang-orang bijak idola remaja seperti Mario Teguh, Tere-Liye dan banyak lagi, bahkan kisah hidupnya pun tak luput dari penceritaannya  dan seringkali ia sisipkan sedikit humor berharap ia bisa melihat senyum sang kesatria.
Melihat jauh dari perjuangan sang gadis kamu pasti akan berpikir bahwa laki-laki itu betul-betul seorang kesatria sempurna berwajah tampan, murah hati pada semua oranng dan dikelilingi keahlian yang luar biasa hebatnya, layaknya kesatria pada masa kerajaan joseon.
Namun sebelum lebih jauh membaca kisah ini, aturan pertama kalian harus membuang bayangan dan khayal kalian tentang sosok kesatria yang seperti itu. Karena ia hanya laki-laki berwajah standar dengan lesung pipi di kedua pipinya. Dan ia pun tak mampu berkuda, memanah atau ahli menggunakan pedang layaknya kesatria lain. Hanya bergitar keahlian yang bisa ia banggakan. Dan masalah kerendahan hati, kamu bisa mengukur sendiri kerendahan hatinya. Atau kau mungkin membayangkan seorang kesatria modern yang super kaya, pintar lagi. Tidak. Dia tidak sesempurna itu. Kehidupannya sederhanawalau memang ia adalah salah satupria tercerdas di sekolah itu. Dan mungkin itulah yang membuat gadis itu sangat mencintai laki-laki itu. Jika kau ingin tahu alasan lain kau tanya saja langsung kalau bertemu langsung dengannya.
Namun sekonyol apapun gadis itu. Setidaknya ia berhak mendapatkan hasil dari usahanya. Dan betul saja ada sedikit belas kasih dari alam dan langit. Karena sang kesatria sedang duduk ketika ia mengantar sepucuk surat lagi dengan rajinnya ke sana.
“ Kamu lagi? Sudah berapa banyak?”
“ Entah”
“ Lebay”
Lagi dan lagi, sebagai seseorang yang sedang jatuh cinta kamu mungkin akan menangis tersedu-sedu karena merasa sangat tersinggung dan memutuskan untuk berhenti mencintai laki-laki seperti itu. Tapi gadis itu berbeda, ia seakan telah jatuh cinta dan patah hati dalam waktu yang bersamaan. Ia menjadi orang yang penuh cinta saat melancarkan setiap aksi bodohnya itu. Namun menjadi orang yang layaknya telah patah hati berkali-kali ketika harus menerima sakitnya cinta, sehingga ia tak peduli dan tidak terasa sakit lagi. Ia terlalu bodoh. Cinta bahkan lebih berbahaya dari zat-zat kimia pada makanan yang bisa merusak otak dan menggiringmu pada kebodohan.
Selalu tersenyum saat melihatnya. Dan mencari saat tak menemukannya. Itukah yang sering dirasakan orang- orang yang jatuh akan kenikmatan cinta? Sangat terasa bila ia tak ada dan bagaimanapun keindahan lain yang ditawarkan tak akan mampu membuat gadis ini merasa tenang tanpanya.
Namun pada suatu hari yang sangat cerah. Awan hitam datang pada sang gadis. Ternyata sang ksatria yang telah ia kagumi selama ini telah mempunyai kenangan indah dengan gadis lain sebelumnya. Walau sekarang memang tak ada tapi fakta itu cukup memukulnya. Ternyata ia tak akan mungkin menjadi yang pertama lagi padahal ia sudah berjanji untuk menjadikan sang ksatria yang pertama.
Tak juga terlalu buruk baginya, walau faktta kembali menghantamnya bahwa salah satu mantan sang ksatria adalah teman seangkatannya yang memang terlihat sempurna. Cantik, putih ditambah lagi dia tergolong gadis yang cerdas. Itu menyadarkan sang gadis bahwa standar sang ksatria memang tak main- main.
Hari boleh berganti, bumi boleh menjadi lebih usang. Tapi, satu hal yang ia harap tak akan berubah yaitu sebuah harapan yang bisa terus terbuka untuknya. Inilah yang menjadikannya sangat sulit karena tinggal menghitung hari lagi sang ksatria sudah akan lulus SMA itu berarti kesempatannya tak akan lama lagi.
Tapi, yang lebih malang lagi  adalah kenyataan bahwa tak ada perkembangan antara mereka berdua. Bahkan kini, mungkin sang ksatria telah lupa wajah gadis ini sejak waktu pemberian makanan itu. Mungkin ini waktunya untuk menyerah.
Tapi, senyum sang ksatria yang kini lebih sering mengembang seakan ia berada pada pucuk kebahagiaannya membuat gadis ini malah terus memupuk rasanya agar lebih subur lagi. Mungkin senyum itu bukan untuknya. Tapi, toh tak ada yang melarang melihatnya.
Terlebih lagi meenjelang akhir kelulusannya sang ksatria  kini mengalami kemajuan pesat. Ia lebih taat beribadah bahkan menghabiskan banyak waktunya di masjid. Dan ini sungguh sudah menambah dertan alasan sang gadis uuntuk lebih mengagumi sang ksatria. Seeorang imam yang baik, ucapnnya terus dalam hati.
Dan moment itulah yang membuatnya mempunyai kesempatan untuk mengagumi sang ksatria walau harus secara sangat rahasia. Tapi, kau harus tahu bahwa luka yang lebih besar siap menganga dihadapannya kali ini. Sebab tak ada lagi pelangi yang akan bersinar lebih lama.
Dan alasan yang sangat jelas tentunya. Karena ia tahu di langit tak mungkin ada dua pelangi dalam satu waktu dan tempat yang sama. Mungkinkah ini pertanda ia harus berganti peran menjadi hujan saja yang harus merelakan pelangi untuk menjadi penghias langit yang memukau.
Tapi, tak semudah itu menjadi hujan. Ia tak cukup jenuh untuk meneteskan butir demi butirnya. Tapi, secepatnya ia harus belajar jenuh atau waktu akan merubahnya menjadi matahari. Sosok yang masih mempunyai semangat namun terpaksa tenggelam karena masa yang habis. Sosok yang dirayakan kepergiannya dengan keajaiban semest yang kita kenal dengan sunset. Magichours           
Itulah cinta, ajaib pada orang yang menganggapnya seperti itu. Atau hanya rasa sakit, sedih, kesal atau juga berbunga- bunga. Tergantung. Karena semua respon sang hati berawal dari anggapan sang pemilik hati.