Selasa, 16 Februari 2016

Bismillahirrahmaanirrahiim postingan selanjutnya nih tentang tabel dan grafik

Semandiri ketidakberdayaanku, kau dan mereka
Membingungkan. Tanpa jejak, tanpa basa-basi tapi tetap dengan salam. Ia datang sedikit terlambat memang. Oh tidak... kurasa tidak hanya sedikit lumayan banyak. Maklum. Tapi, tak akan semudah itu kumaklumi karena dia kan hanya tinggal beberapa kilometer dari sekolah ini, di dalam kota. Sedangkan aku sejak pagi tadi saat pagi juga masih buta akan huruf, kata atau warna bapakku sudah mengantarku kesini. Dan kau tentu sudah bisa menebak sangat dingin saat itu.
Dingin. Dingin akan hati yang mulai akan berpisah dengan hangatnya kasih seorang ibu yang tentu akan sangat lama lagi, tak mudah dan tak akan pernah mudah. Gerutu dalam hati tentu tak dapat kubendung. Kalau saja kutahu dia akan terlambat tentu akan kusempatkan untuk sarapan bersama kedua orangtuaku. Dasar.
Tapi, asal kau tahu beberapa menit kemudian gerutu itu harus segera kusingkirkan karena teman-temanku yang lain jauh lebih memalukan. Mereka tidak sadar. Hello...! kalian masih berstatus siswa seenaknya saja terlambat. Sedang kami setia menanti sang pendidik, tentu bukan untuk menantimu. Dan terus kulanjut gerutuku dalam hati.
Ahh... aku tahu pasti kalian akan beralasan “ Guru kencing berdiri, siswa kencing berlari” Ahh sudahlah itu pepatah lama. Kalau kalian mau berpepatah buatlah sendiri dan lebih kreatiflah sedikit, siswa negeri.
Sudahlah kita lupakan saja keterlambatan ia dan mereka. Karena bagaimanapun kondisinya tetap saja dengan tenang sang pendidik duduk di hadapan kita semua. Beerceloteh bla-bla-bla-bla yang akhirnya kumengerti sebagai sebuah perintah.
Ia ingin kami untuk mencari sebuah tabel atau grafik dan bertema pendidikan. Haa... untuk apa lagi? Untuk mempertontonkan betapa bobroknya didik-mendidik negeri ini. Entahlah itu bukan urusanku, urusannya. Namun kutahu beberapa menit kemudian urusannya akan menjadi urusanku.
Kuikuti instruksinya sebagai murid yang senantiasa patuh dan taat. Dan kali ini aku memilih sebuah tabel saja, oh tidak bukan memilih tapi dipilihkan oleh pasanganku saat itu, kau bisa menyebutnya partner belajar. Tidak hanya cukup sampai disitu sebuah tabel akhirnya tertera manis di buku catatan + tugas + curhatan dan hal-hal riskan lainnya.
Kupandangi dari dekat. Ahh... terlalu banyak angka, membosankan. Angka tertera dari kolom kedua hingga kolom paling akhir. Namun sebelum tabel membosankan itu menyergapku sebuah judul menggiring bola mataku untuk cepat-cepat berkoordinasi dengan otakku dan terbacalah “ Banyaknya sekolah & guru (MA) tahun 2013/2014. ” Kuhitung dalam hati. Oh ternyata sudah 3 tahun yang lalu, jadul.  Buat apa data seperti itu tetap disimpan kan sudah kuno. Paling juga sudah banyak yang berubah dan sudah cukup membuatku tak peduli.
Namun kau tahu hal yang membuatku lebih merasa jengkel?  Pendidikan. Dalam pendidikan walaupun kau tidak menginginkan suatu hal tapi tetap saja harus dilakukan. Pendidikan tidak mengerti bahwa kita ingin tahu apa yang memang sungguh-sungguh kita inginkan. Dan untuk yang satu ini aku jelas-jelas tak ingin tapi sudahlah pendidikan hanya benda mati dan tak dapat aku mengeluh dengannya.
Dan kembali lagi ke tabel itu. Kuturunkan sedikit pandanganku ke kolom pertama baris pertama yang tertera “Kabupaten/Kota” dan secara otomatis turut menarik perhatianku. Dalam hati aku kembali bergumam mungkin saja nama kabupatenku ada untuk setidaknya sedikit menghibur hati.
Kupandangi lekat-lekat dari atas hingga kebawah dan keatas lagi. Mengecewakan. Semuanya terbaca asing sekali kecuali “Palangkaraya” yang terletak terbawah dan terasingkan. Tapi, sepertinya hanya itu yang pernah menumpang lintasan di telingaku. Dan sisanya apa benar-benar berada di Indonesia? Entahlah.
Dan jangan pernah kau katakan aku bodoh karena kau sendiri bagaimana. Apa kau pernah mengunjungi atau minimal mendengar tempat-tempat seperti Kapuas, Seruyan, Katingan, Gunung Mas ataupun Pulang Pisau? Tentunya sebelum aku sendiri yang menyebutkannya untukmu. Jika kau jawab kau pernah aku akui kau memang betul-betul hebat. Tapi, jangan-jangan diam-diam kau berasal dari salah satu Kabupaten itu atau kau pernah mendengar banyak cerita tentang tempat-tempat itu. Terserahlah. Namun jika kau jawab tidak pernah berarti  kita sama bodohnya.
Sudah cukup untuk membahas  tempat-tempat itu karena mungkin saja mereka berasal dari belahan Indonesia yang lain yang tidak pernah aku dan kau ketahui. Sekarang kita akan bergeser sedikit ke kanan ke kolom berjudul “sekolah” yang beranak-pinak menjadi negeri dan swasta.
Pada bagian ini khususnya bagian negeri terlihat cukup menarik karena kau bisa melihat deretan angka cantik berupa angka 1 secara berturut-turut dari kotawaringin barat yang terletak paling atas hingga lamandau yang bertengger di posisi ketujuh. Jadi, Kotawaringin timur, Kapuas, Barito selatan, Barito utara dan sukamara turut kompak bersama kedua kota tadi. Jadi, hanya ada 1 sekolah MA Negeri di kabupaten/kota-kota itu. Apakah itu jumlah yang sedikit? Entahlah itu tergantung seberapa luas daerah itu dan seberapa banyak anak yang ingin sekolah di daerah itu.
Lalu kupandangi lagi baris selanjutnya. Tidak terlalu menarik hanya 3 ragam. Nol sekolah negeri di Seruyan, 1 sekolah di Katingan, 2 sekolah di Pulang Pisau, nol lagi sekolah di Gunung Mas, dan 1 untuk di Barito Timur, Murung raya dan Palangkaraya. Apakah orang-orang disana sangat menyukai angka-angka biner?
Lalu di kolom “Swasta” angka lebih beragam dengan jumlah yang lebih banyak. Ternyata selain penyuka angka biner orang-orang di Kabupaten/Kota disana juga adalah orang-orang yang mandiri dan tak bergantung pada pemerintah. Mereka hebat ya? Tak semanja orang-orang di tengah kota yang manja tapi tanpa kejelasan.
Kau mungkin ingin tahu seberapa banyak sekolah-sekolah swasta disana. Kalau begitu duduk, tenang, diam dan bacalah dengan seksama. Ada 4 sekolah swasta di Kotawaringin Barat, 5 sekolah di Kotawaringin Timur, 19 sekolah di Kapuas, 9 sekolah di Barito Selatan, 1 sekolah di Barito Utara, 1 sekolah di Sukamara. Apakah kau sudah bosan membacanya? Janganlah bosan dulu itu baru juga separuh dari totalnya.
Akan ku lanjutkan. 1 sekolah di Lamandau, 2 sekolah di Seruyan, 3 sekolah di Katingan, 2 sekolah di Pulang Pisau, nol di Gunung Mas, 2 di Barito Timur, nol di Murung Raya dan 2 di Palangkaraya.
Membosankan bukan? Jika kau harus membaca data-data yang tak kau tahu kenapa harus dan kenapa kau yang harus membacanya. Tapi, sudahlah jangan terlalu kau pikirkan karena setidaknya hingga sekarang aku mampu menceritakannya untukmu berarti aku masih percaya tak ada yang berlalu sia-sia.
Dan kau tahu apa yang kudapat dari tabel membosankan itu? Sebuah pertanyaan, sebenarnya bukan sebuah tapi beberapa. Apakah memang masyarakat disana sangat mandiri hingga memutuskan untuk mendirikan sekolah swasta lebih banyak dan lebih banyak lagi? Ataukah mereka terlalu malu jika pemerintah harus datang kepada mereka dan memberi bantuan berupa sekolah berlabel pemerintah? Ataukah justru pemerintah kini yang bertabiat sangat pemalu?
Entahlah.        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar