Rabu, 03 Februari 2016

Bismillahirrahmaanirrahim berjudul: Pengalaman yang akhirnya bercerita



Aku, Bayi itu dan Mahkluk Penjagaku-nya
Dia terus saja membuatku terkejut dalam keterkejutan yang luar biasa. Bagaimana bisa dia menyuruh kami untuk menjadi bayi berumur 3 tahun saat kami sudah sangat lama melampaui masa itu? Menyuruh kami diam, merekam  dan turut akan takdir yang akan terjadi nanti. Kemudian ia memulai pembicarannya tentang sesosok mahkluk penjaganya yang katanya sangat luar biasa. Tapi, anehnya kami juga hanya selalu duduk dalam tenang dan sangat tenang saat mendengar ocehannya yang mungkin bagi sebagian penyaksi itu hanya sebuah bualan.
Dia menceritakan segala kisahnya tanpa rahasia. Seakan kami adalah teman dekatnya yang siap mendengar segala curhatnya. Dia memulai dengan bernostalgia hingga 20 tahun sebelum ia bertatap muka dengan bayi-bayi lucu ini, sebuah perjalanan kaya akan spiritual yang sangat indah. Aku  terus terkagum-kagum membayangkan diri juga turut menjadi saksi langsung bukan bisu.
Asal kau tahu dia menceritakan kisahnya dengan seribu ekspresi yang terus saja membuat kami bisa merasakan aliran darah yang membuncah mengiringi kami dalam kisahnya. Ahh rupanya ia berhasil membuat kisah itu menarik. Dan jika kau juga ingin mendengar kisah itu, maka kau beruntung karena hari ini aku sedang bermurah hati. Jadi, dengarkan baik-baik karena aku akan menceritakan kisahnya sebagai kisahku hanya untukmu.
Mahkluk penjagaku atau -nya itu terlahir 20 tahun dari sekarang dan hidup awet tanpa  boraks ataupun formalin, mahkluk itu lebih tua dariku tapi tidak dengannya. Mahkluk itu aku sendiri pun tak tahu bagaimana wujudnya. Tapi, satu hal yang paling jelas aku merasakannya tiap waktu, aku merasakan sinarnya yang  menandingi mentari. Itu katanya, sampai disini kau mengerti? Kalau tidak ya sudah, memang aku bukan pencerita yang baik. Jadi, kau yang harus menjadi peendengar yang baik karena aku akan terus melanjutkannya. Jadi tetaplah duduk dan diam.
Aku ingat saat kuliah dulu, Astaghfirullah ujian silih berganti datang padaku, bukan ujian meja ataupun ujian skripsi yang sama sekali tak akan membuatku pusing. Tapi, ujian takwa yang betul-betul berpotensi menggoyahku dalam kedudukan imanku.
Coba kau bayangkan! Seorang gadis datang ke kamarku dan berkata dengan lembut dan memuakkannya bahwa aku bisa melakukan apa saja padanya, dan seperti yang bisa kau tebak jika aku sedikit saja menyentuhnya, maka kuliahku akan cukup saampai disitu dan kembali ke kedua orang tuaku dengan muka tebal karena malu. Tapi, mahkluk penjagaku itu terlalu tangguh bagi gadis yang mungkin imannya sudah tak melekat karena melayang ataupun jika ada mungkin hanya tinggal ampasnya.
   Hanya ampas imannya itulah yang membuatnya tidak ikut turut ke jalan atau ke tempat-tempat bagi gadis sepertinya. Dan setelah kisah itu, jangan harap semuanya berakhir karena jika hanya seperti itu, kau akan cepat melupakannya dan aku benci itu, maka tetaplah ditempatmu! Karena aku membuatmu semakin kagum pada mahkluk penjagaku dan –nya.
Dalam kondisi iman yang kuharap masih sama teguhnya, lagi-lagi mahkluk penjagaku itu diberi job untuk membelaku dalam perang melawan caci plus maki yang mungkin sama sekali tidak diinginkan oleh siapapun. Tapi, aku mencintai caci dan menyayangi maki. Teman-temanku atau lebih tepatnya orang yang menganggapku teman berkata dengan tegas bahwa mengirup atau setidaknya mencicipi beberapa puntung surga hidup adalah hal wajib tiap pria macho. Dan kau tahu, aku sangat jauh dari itu. Dan disitulah mahkluk itu bekerja untukku, menyingkirkannya jauh dan terhempas tak pernah tahu kembali.
Lama-kelamaan aku juga tidak suka dengann mahkluk itu, membuatku tidak mandiri saja, membuatku terlalu kuat dalam lemah karenanya. Apakah kuhentikan saja salat tahajud, dhuha, bacaan al-qur’an atau dzikir-dzikirku itu agar dia segera punah dan menyusul dinasourus saja sana. Tapi, tunggu dulu. Apakah aku sudah terlalu kuat untuk melawan mahkluk-mahkluk halus itu, ya jelas. Tapi, rasanya aku malah terlalu lemah melawan semesta dan membuatnya terpaku kareena kilauku tanpanya. Haa...menjengkelkan.
Kenapa dia terus saja mengikutiku? Bahkan ke ajang guru paling bergengsi dari sabang sampai merauke yang membuatku atau –nya  mampu berjabat tangan dengan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, sorang tokoh hebat yang mungkin juga adalah itu. Sangat menyenangkan.
Namun kau tahu? ia turut hadir dalam perhelatan itu, sangat kurang ajar dan meresahkan dan untuk kau, sangat tolol. Bagaiman bisa kau baru saja menebak aku adalah seorang guru yang seharusnya sejak dari awal kau sudah mengetahuinya. Tapi, sudahlah itu tidak penting dan terlalu biasa untuk kuceritakan untukmu.  Karena ada sangat banyak guru di bentang negeri ini, dan aku hanya salah satunya.
Hal yang lebih penting sekarang adalah mahkluk itu. Dan ingatlah kau tidak boleh jenuh mendengarnya karena kisah ini memang tentangnya, sama sekali bukan tentangku dialah pemeran utamanya. Dan suka tidak suka aku akan melanjutkannya.
Dalam acara itu malangnya ia malah sempat-sempatnya merasukiku dan membuang semua musuh-musuh yang ada di sekitarku saat itu, akibatnya akulah pemenangnya.. Ahh aku benci kemenangan ini kalau memang penyebabnya adalah dia. Dan yang paling penting kau tahu sekarang, jika kau memberi pilihan untukku menang atau kalah, jelas aku akan memilih untuk kalah saja, karena aku benci menang. Kemenangan hanya akan mengantarkanku sampai ke langit bertemu bidadari sesaat lalu kembali ke bumi dan tidak siap akan keadaan selanjutnya dan harus memulai dari awal lagi layaknya para peengecut.
Dan sekarang jelas aku adalah sang pencinta kalah, karena kalah akan terus membuatku tetap berpijak di bumi dengan pijakan yang terus-menerus menguat dan aku tidak akan terkejut dengan kondisi selanjutnya dan tak pula harus memulai dari awal lagi, aku hanya  tinggal memperbaiki dan menata duniaku disini.
Namun dunia ”ku” yang kumaksud bukanlah milikku sendiri. Karena kini hidupku dikuasai oleh dua bayang. Bayangku dan bayangnya. Padahal seingatku tak pernah kuberi ia hak sedikitpun. Dan kau tahu, hingga pertemuanku dengan orang-orang hebat selanjutnya seperti Bapak Jokowi ataupun Anis Baswedan dan telah membawaku berbicara di hadapan orang banyak. Itu karenanya, dialah yang telah menjadi perantara atau lebih tepatnya telah menjadi bagian marketing hidupku. Dan sebenarnya kalau boleh aku jujur dan mengungkap sedikit hal baik tentangnya, ia adalah seorang marketer yang baik. Ia telah membawa laptop, pundi-pundi uang ataupun popularitas yang telah membuatku dimintai tanda tangan, foto bersama, nomor handphone ataupun hal lain layaknya artis hollywood regional.
Sedikit menguntungkan bukan? Kalau begitu menurutmu haruskah kupertahankan? Sudahlah tidak usah kau jawab! Toh aku juga tak akan mendengarmu, aku akan memikirknnya sendiri sambil membentangkan sajadah lucuku menghadapnya dengan tenang dan hening. Jadi, tak perlu repot-repot. Bodoh.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar