Senin, 28 Maret 2016

Alhamdulillah bisa nge- post lagi.



Pinrang, 15 Februari 2015
Yth. Mantan pengagum Bumi
di Bumiku tercinta bukan lagi kau             
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam hangat bumi!                                              
            Masih ingatkah kau tetang diriku? Seorang gadis 15 tahun yang akan selalu menjadi kenangan buruk bagimu. Jika kau tak ingat maukah kau sejenak membaca potongan demi potongan kisahku sebagai mantan kisahmu dalam surat ini?
Bacalah hingga akhir dan kau akan ingat kembali!
Ternyata memang aku akan menciptakan kau sebagai penerima takdir masa depanku. Aku mengenalmu sangat baik dan bahkan tahu keinginan anehmu yang ingin menjadi orang pertama yang diusir dari bumi. Aneh yang akan terus berhasil membuatku bertanya kenapa dan mengapa? Tapi akan kau jawab “Jangan terburu- buru untuk  ingin tahu jika kau masih tergolong sebagai bagian dari mereka, pengagum bumi.”
Bacalah! Ini tentang kau atau aku                
Para pengagum bumi. Begitulah kau akan terus menyebutku dan mereka. Kau yang berumur 45 tahun akan sangat membenci aku dan mereka yang katanya sangat mencintai bumi namun tak kunjung berbukti hingga si bumi menjadi setua renta sekarang. Padahal mulai dari buyutku atau buyutmu serta mereka menumpang hidup di rusuk bumi ini bersama cucu- cucunya, kau atau aku. Dan tradisi mengagumi bumi pun sudah menjadi keharusan.
 Tapi, tegas kau terus berkata kalau itu cukup untuk buyut- nenek dan orangtuakau saja. Karena kau ingin menciptakan kisahmu menjadi hari bersejarah bumi dimana akan kaupastikan maknalah yang akan banyak berbicara melalui beberapa kalimat dihadapanku.Yang tak akan segan membunuh juga mengoyak imanku dan mereka tentang bentang alam yang katanya sangat bermanfaat bagi seluruh ummat ini. Padahal sayangnya menurutmu buatmu tak ada sama sekali.
Atau apakah memang manfaat yang aku dan mereka maksud memanglah hanya untuk orang tertentu saja? Kalau begitu masih pantaskah disebut keadilan? Kau juga selalu mengumandangkan itu. Tapi, aku tak terlalu khawatir karena sudah lama kau menerima itu. Sepertinya jauh sebelum kau mengenal senang ataupun sedih yang kini telah mati rasa. Namun akan hidup kembali setelah kau berada pada dimensi bebas impianmu  sendiri.
Bacalah terus! Ini tentang impianmu
Karena aku tahu, kau akan menjadi berbeda dan kau menikmati itu. Kau menyukai berada di dimensi ruang dan waktu yang berbeda dengan orang lain, berbeda denganku. Dimensimu sendiri dimana kau tak diharuskan bungkam saat kau ingin berbicara atau malah sebaliknya.
Bacalah! ini juga kesayanganmu
Dimensi dimana tak banyak protes, tak banyak demo atau tawuran. Karena katamu kau mampu memenuhi semua keinginan masyarakatmu. Kau sangat yakin itu. Bahkan desis-
desis bahwa semua keinginan tak bisa terpenuhi kau katakan sebagai tameng keselamatan karena sebenarnya sangat mudah.
Kau hanya tinggal membiarkan mereka melakukan hal yang menurut mereka benar. Dan kau yakin mereka akan kepayahan dan akan berbalik menerima segala kebijakanmu yang sudah kausembunyikan. Tapi, yang akan lebih fantastis lagi mereka akan menerimanya secara sukarela. Terlihat dan terdengar sangat mudah dan kau katakan itu baru ide pertamamu. Bagaimana dengan yang lain?
Kau kembali memberitahuku satu hal lagi tentang dimensimu bahwa disana aku tak perlu membayar pajak dan tak harus lelah berharap pada orang- orang yang disebut sebagai wakil.  Karena tak akan ada. Kau selalu yakin mereka hanya akan menciptakan gudang kemewahan mereka sendiri.
Dan untuk pajak , kau akan mendengungkan untuk tidak khawatir. Karena infrastruktur di dimensimu akan tetap ada. Malah kau yakin akan jauh lebih lengkap. Karena tak akan ada tikus- tikus yang memakan uangku dan yang lainnya seenaknya. Dan seluruh perlengkapan negara akan kami hadirkan karena kebutuhan kami sendiri. Aku akui luar biasa juga analisismu di usia produktifmu.
Dan kau berjanji membuktikan apa yang telah kaukatakan dengan jelas. Tentunya dengan keberadaanmu  berdiri di sebuah gedung putih kebanggaan dunia nantinya dan dengan perkasa dan tangan mengepal selalu yakin akan takdir dan apa yang akan kaulakukan disana.
Namun sebelum kami tahu rahasia dimensimu lebih lanjut yang tak lama lagi juga akan disebut rahasia.  Kau sudah lebih sigap untuk tahu bahwa disebelah kanan pintu yang akan kau lalui tersebut ada jutaan kantong plastik bahan pokok seadanya yang di sebelahnya lagi ada pakaian-pakaian yang ‘katanya’ ingin disumbangkan belum lagi uang-uang berlapis kertas putih bertuliskan pesan kematian kebebasan. “Itu kah yang sepatutnya kau banggakan?” Selalu itu kesalmu dalam hati bahkan hingga hari itu nanti.
Setelah cukup yakin akan situasinya. Hentakkan kakimu akan nyaring ditelingaku. Namun tak akan dapat kau sembunyikan bahwa walau pada detik- detik terakhirmu tinggal di bumi bibir kaku yang menjadi kebiasaanmu sepertinya turut terjaga hingga usiamu yang ke- 45 tahun.
Tapi, tetap kau mulai dengan kalimat yang dapat membuat semua orang menoleh kepadamu. “ Aku benci bumi ini. ” Kalimat itu sudah pasti dapat mengoyak hati kami dan menenggelamkan dalam hening. Tapi, tak akan kau biarkan terlalu lama karena akan kausingkap tabir itu secepatnya. Karena aku tahu kau tak suka rasa penasaran. Rasa yang dibuat sendiri dan menyakiti diri sendiri.
Kau jelaskan sedikit demi sedikit untuk sakit yang juga akan terasa demikian hingga kami akan sakit terlalu dalam karena pertentangan akal dan batin kami yang tak kunjung ingin berbaikan. Mungkin kami tak akan langsung membenci bumi ini. Tapi, kau membuat kami akan langsung terpesona dengan dimensimu.
Kau sepertinya sudah memprediksi ekspresiku nanti, layaknya ekspresi seorang detektif yang haus akan situasi selanjutnya. Memang apa lagi selanjutnya?  Kau hanya akan sedikit membual tentang kerusakan bumi yang sebenarnya tak bisa ditolerir tapi kami terlalu mensahkannya saja.
Bacalah! Ini tentang aku dan kesayanganku
Disana nanti, kau ingatkan kami bahwa selama ini kebakaran hutan kami anggap hal lumrah yang tidak usah dirisaukan. Toh nanti juga ada yang urus. Banjir sering kami anggap wahana permainan belum lagi tanah longsor yang selalu kami anggap mengasyikkan. Sungguh dramatis sekali hidup kami ini.
Setelah itu tak akan terlalu banyak penjelasan yang kami terima, akan lebih banyak pertanyaan yang terlontar bahkan sebelum kami berpikir menjawabnya. Kau juga membuat kami berputar dalam risau kami. Walau sebenarnya tak sedikitpun kau membahas tentang kehancuran bumi ini. Tapi, sudah lebih dari cukup untuk membuatku membeku dalam diam walau akhirnya kau bantu mencairkannya dengan “ Maukah kau menjadi yang kedua, ketiga atau keempat setelahku?”
Kau betul- betul telah mengacaukanku. Dan akan kau tahu jawabanku saat kita dipertemukan pada ruang dan waktu yang sama
Salam mimpi besarmu!
Wassalaamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang mengkelamkan masa lalumu
                                 Atifatul Qalbi Kadir                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar