Secair bola mataku
Wah
dekorasi baru kamarku, dan boneka itu, kau lihat? Itu seperti yang kuinginkan Ternyata
mama mendengar pintaku. Tapi, kenapa mama belum datang membawa sarapan
kesukaanku, pasti sebentar lagi ya? Tapi, kok tiba-tiba gelap? Pasti lampunya
rusak. Kamu perbaiki lampunya. Apa ? enggak
tau. Kita gelap-gelapan dong kamu sih enggak
berguna.
Sudah sangat lama. Eh sepertinya
ada yang datang, itu pasti mama. Ia membelai rambutku, memang mama yang terbaik.
Jangan iri! Tapi kok berhenti?
“Mama, masih disini?
Ma, tolong perbaiki lampunya!”
Kenapa tidak dijawab, mama pergi. Pasti urusan
mendadak. Tetap gelap. Terus apa ini yang keluar dari mataku? Kamu bilang apa?
Bola mataku? Secair ini?
Eh
tunggu dulu, barusan kamu juga bilang semua yang ku ceritakan tentang mama itu khayalanku
saja, mimpi begitu? Jangan salah, kita buktikan. Kalau aku mencubit tanganku
dan sakit aku benar, begitupun sebaliknya.
Tapi, kenapa tak sakit? Jadi, aku bermimpi. Sudahlah
jangan terlalu berbahagia sebenarnya aku sangat tahu itu. Tapi kenapa kau ingatkan?
Aku tak ingin bangun, tak ingin kembali menjadi gadis buta berumur 10 tahun
yang hanya selalu berbicara dengan bantal kesayangannya, iya kamu juga bagian
dari mimpiku. Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan takdir, hanya kusesali saja
kehadiranku yang tak pernah diinginkan, itu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar