Narkoba: Akar kesehatan bangsa
Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Yth. Teman- teman yang
sempat hadir dan yang menyempatkan hadir
Berbeda itu boleh, tapi tak ada salahnya untuk menjadi
sama dalam hal yang baik dan telah sakral. Oleh karena itu saya juga akan
memulai dengan ajakan yang tulus kepada hadirin sekalian untuk senantiasa
mengirimkan lantunan puji dan syukur kepada Tuhan yag Maha Esa dan mudah-
mudahan bisa sampai ke Arsyi- Nya yang agung.
Tak akan terlalu lama basa- basi karena langsung saja
saya akan membuka pidato ini dengan bait demi bait puisi taufik ismail yang
masih lekat dalam ingatan saya
Kebanyakan muda-
muda,
Belasan tahun dan
Dua puluh tahunan itu mayat
Mayat- mayat anak bangsa yang
dicengkram madat
Mayat- mayat yang berdiri bergoyang
dari saat ke saat
Mereka masih hidup tapi sudah mayat
Dicengkram madat
Heroin,
kokoin, sabu, ekstasi, marijuana cair, serbuk dan padat.(
Aku melihat mayat- mayat bergoyang dari saat ke saat: Taufiq Ismail)
Itulah penggalan puisi Taufik Ismail
yang saya maksud. Termuat dalam bukunya Katastrofi mendunia: Marxisma Leninisma
Stalinisma Maoisma Narkoba. Taukah teman- teman sekalian mayat- mayat hidup yang
dimaksud itu? Jawbannya adalah kita. Para remaja sekarang. Dari mana mayat-
mayat itu? Dari sebagian kawan- kawan kita yang dicengkram heroin dan kawan-
kawannya.
Tentu bukan rahasia lagi bahwa
ratusan ribu anak bangsa sekarang dicengkram setan narkoba. Terhitung pada
tahun 2003 saja sudah ada 293 pengguna narkoba dan itu baru dari kalangan
pelajar dan mahasiswa. Belum lagi kawan- kawan kita di usia yang sama namun
tidah menempuh pendidikan formal. Maka, tidak tersentuh pendataan. Belum lagi
pada tahun- tahun sebelumnya atau setelahnya hingga tahun 2016 sekarang.
Malangnya, fakta bahwa Indonesia adalah
pusat lalu lintas perdagangan haram ini menambah deretan masalah yang ada.
Bangsa- bangsa dari luar datang bersama setan- setan mahal mereka dan dengan
bbangga tanpa getir sedikitpun mereka berhasil menumbangkan satu demi satu
pejuang bangsa masa depan.
Tak tanggung- tanggung resiko yang
mereka ambil. Mulai dari penjagaan dan pemeriksaan di bandara keberangkatan
mereka, lalu menghadapi pihak bea cukai negeri ini belum lagi para petugas
bandara yang dilengkapi dengan mesin canggih ala impor. Lantas apa lagi yang
kurang pada keamanan negeri ini hingga mereka dapat lolos dengan begitu
mudahnya? Dan hasil yang mereka dapatkan setimpal. Karena sekarang semua
kalangan tak luput dari jeratan mereka. Malah yang lebih miris lagi bahwa
aparat kepolisian dan aparat keamanan lainnya malah berdiri paling depan dalam
barisan korban sekaligus pelaku.
Hal inilah yang selalu saja menjadi
penting bahkan menjadi sangat penting hari demi harinya. Ada sangat banyak
solusi yang harus ditemukan, lebih dari
selusin. Mulai dari solusi untuk pencegahan atau malah penanganan yang lebih
urgen lagi. Mulai dari pembenahan dari dalam negeri hingga pembenahan pada para
pembawa kematian tersebut.
Pembenahan yang dilakukan pun
seharusnya tak tanggung- tanggung karena korban dan kerugiannya juga tak main-
main. Memang sudah terbentuk badan yang menangani hal ini terlebih lagi sudah
ada koordinasi dengan pihak keamanan negara. Tetapi tetap saja pemberantasan
dari akar- akarnya adalah yang terpenting.
Kita
tidak boleh hanya berkonsentrasi pada negeri ini. Tapi, kita harus berpikir lebih jauh tentang solusi
berkoordinasi dengan negara yang 100% kontra terhadap narkoba untuk segera
bersatu memberantas. Bukan kerja sama yang hanya terwujud dengan pertemuan-
pertemuan yang entah apa hasil dan dampaknya hingga kini. Makin banyaknya
pecandu narkoba, itukah?
Tak boleh berlangsung lebih lama
lagi, karena ini saja sudah terhitung sangat lama. karena dari waktu ke waktu
semuanya akan berubah kecuali satu, bahwa narkoba membunuh. Narkoba akan
mengganggu kesehatan fisik maupun psikis sampai ke akar- akarnya.
Maka dari itu teman- teman sekalian
sudahlah menjadi sebuah kewajiban untuk segera pergi jauh- jauh dari benda
haram itu jika tak mau larut di dalamnya karena sekali terjerat berarti
kematian.
Karena kesadaran teman- teman
sekalian jugalah yang menjadi kunci utama dari pemberantasan ini, karena
sebagaimanapun usaha orang- orang tak berperikemanusiaan itu tak akan juga
menemui jalan jika kunci yang mereka inginkan selalu kita genggam.
Tak akan banyak lagi yang akan
kusampaikan karena hanya akan kututup dengan penggalan puisi penyemangat dari
Chairil Anwar yang dikutip dari puisinya “Kehidupan”
Hari hari
lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku
menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku
akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah
umurku yang baru ( Chairil
Anwar: kehidupan)
Dan satu penggalan puisi penyemangat
lagi dari Taufik Ismail yang berjudul “Dari catatan seorang demonstran”
Inilah
peperangan
Tanpa jenderal,
tanpa senapan
Pada hari-hari
yang mendung
Bahkan tanpa
harapan
Di sinilah
keberanian diuji
Kebenaran
dicoba dihancurkn
Pada hari-hari
berkabung
Di depan
menghadang ribuan lawan ( Taufik
Ismail: Dari catatan seorang demonstran )
Benar
kita dalam peperangan tetapi melawan diri sendiri, maka dari itu kita harus
menang sekarang dan selamanya.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar