Senin, 07 Maret 2016

Bismillahirrahmaanirrahim. Edisi Pidato



Narkoba: Akar kesehatan bangsa
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yth. Teman- teman yang sempat hadir dan yang menyempatkan hadir
            Berbeda itu boleh, tapi tak ada salahnya untuk menjadi sama dalam hal yang baik dan telah sakral. Oleh karena itu saya juga akan memulai dengan ajakan yang tulus kepada hadirin sekalian untuk senantiasa mengirimkan lantunan puji dan syukur kepada Tuhan yag Maha Esa dan mudah- mudahan bisa sampai ke Arsyi- Nya yang agung.
            Tak akan terlalu lama basa- basi karena langsung saja saya akan membuka pidato ini dengan bait demi bait puisi taufik ismail yang masih lekat dalam ingatan saya
            Kebanyakan muda- muda,
            Belasan tahun dan
            Dua puluh tahunan itu mayat
            Mayat- mayat anak bangsa yang dicengkram madat
            Mayat- mayat yang berdiri bergoyang dari saat ke saat
            Mereka masih hidup tapi sudah mayat
            Dicengkram madat
            Heroin, kokoin, sabu, ekstasi, marijuana cair, serbuk dan padat.( Aku melihat mayat- mayat bergoyang dari saat ke saat: Taufiq Ismail)
            Itulah penggalan puisi Taufik Ismail yang saya maksud. Termuat dalam bukunya Katastrofi mendunia: Marxisma Leninisma Stalinisma Maoisma Narkoba. Taukah teman- teman sekalian mayat- mayat hidup yang dimaksud itu? Jawbannya adalah kita. Para remaja sekarang. Dari mana mayat- mayat itu? Dari sebagian kawan- kawan kita yang dicengkram heroin dan kawan- kawannya.
            Tentu bukan rahasia lagi bahwa ratusan ribu anak bangsa sekarang dicengkram setan narkoba. Terhitung pada tahun 2003 saja sudah ada 293 pengguna narkoba dan itu baru dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Belum lagi kawan- kawan kita di usia yang sama namun tidah menempuh pendidikan formal. Maka, tidak tersentuh pendataan. Belum lagi pada tahun- tahun sebelumnya atau setelahnya hingga tahun 2016 sekarang.
            Malangnya, fakta bahwa Indonesia adalah pusat lalu lintas perdagangan haram ini menambah deretan masalah yang ada. Bangsa- bangsa dari luar datang bersama setan- setan mahal mereka dan dengan bbangga tanpa getir sedikitpun mereka berhasil menumbangkan satu demi satu pejuang bangsa masa depan.
            Tak tanggung- tanggung resiko yang mereka ambil. Mulai dari penjagaan dan pemeriksaan di bandara keberangkatan mereka, lalu menghadapi pihak bea cukai negeri ini belum lagi para petugas bandara yang dilengkapi dengan mesin canggih ala impor. Lantas apa lagi yang kurang pada keamanan negeri ini hingga mereka dapat lolos dengan begitu mudahnya? Dan hasil yang mereka dapatkan setimpal. Karena sekarang semua kalangan tak luput dari jeratan mereka. Malah yang lebih miris lagi bahwa aparat kepolisian dan aparat keamanan lainnya malah berdiri paling depan dalam barisan korban sekaligus pelaku.
            Hal inilah yang selalu saja menjadi penting bahkan menjadi sangat penting hari demi harinya. Ada sangat banyak solusi yang harus ditemukan,  lebih dari selusin. Mulai dari solusi untuk pencegahan atau malah penanganan yang lebih urgen lagi. Mulai dari pembenahan dari dalam negeri hingga pembenahan pada para pembawa kematian tersebut.
            Pembenahan yang dilakukan pun seharusnya tak tanggung- tanggung karena korban dan kerugiannya juga tak main- main. Memang sudah terbentuk badan yang menangani hal ini terlebih lagi sudah ada koordinasi dengan pihak keamanan negara. Tetapi tetap saja pemberantasan dari akar- akarnya adalah yang terpenting.
Kita tidak boleh hanya berkonsentrasi pada negeri ini.  Tapi, kita harus berpikir lebih jauh tentang solusi berkoordinasi dengan negara yang 100% kontra terhadap narkoba untuk segera bersatu memberantas. Bukan kerja sama yang hanya terwujud dengan pertemuan- pertemuan yang entah apa hasil dan dampaknya hingga kini. Makin banyaknya pecandu narkoba, itukah?   
            Tak boleh berlangsung lebih lama lagi, karena ini saja sudah terhitung sangat lama. karena dari waktu ke waktu semuanya akan berubah kecuali satu, bahwa narkoba membunuh. Narkoba akan mengganggu kesehatan fisik maupun psikis sampai ke akar- akarnya.
            Maka dari itu teman- teman sekalian sudahlah menjadi sebuah kewajiban untuk segera pergi jauh- jauh dari benda haram itu jika tak mau larut di dalamnya karena sekali terjerat berarti kematian.
            Karena kesadaran teman- teman sekalian jugalah yang menjadi kunci utama dari pemberantasan ini, karena sebagaimanapun usaha orang- orang tak berperikemanusiaan itu tak akan juga menemui jalan jika kunci yang mereka inginkan selalu kita genggam.
            Tak akan banyak lagi yang akan kusampaikan karena hanya akan kututup dengan penggalan puisi penyemangat dari Chairil Anwar yang dikutip dari puisinya “Kehidupan”
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru ( Chairil Anwar: kehidupan)
            Dan satu penggalan puisi penyemangat lagi dari Taufik Ismail yang berjudul “Dari catatan seorang demonstran”

Inilah peperangan
Tanpa jenderal, tanpa senapan
Pada hari-hari yang mendung
Bahkan tanpa harapan
Di sinilah keberanian diuji
Kebenaran dicoba dihancurkn
Pada hari-hari berkabung
Di depan menghadang ribuan lawan ( Taufik Ismail: Dari catatan seorang demonstran )

            Benar kita dalam peperangan tetapi melawan diri sendiri, maka dari itu kita harus menang sekarang dan selamanya.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
           
             

             
                                                                                                                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar