Babak 8
Latar tempat: Ruang OSIS
Latar waktu: Pagi hari
Pemain yang terlibat: Idrus, Aksa, Mayang, Dila,
Indah, Ayu
Tak
akan semudah membalikkan telapak tangan, tapi juga tak sesulit membalikkan
kapal sendirian. Hal inilah yang dijadikan prinsip oleh Idrus dan membimbingnya
kembali dengan semangat pagi untuk menyerukan kebenaran hakiki pada kawan-
kawannya. Di sebuah ruangan dimana argumen akan pecah itulah ia akan mencoba
memantulkan keraguan dan ketidakpercayaan teman- temannya menjadi rasa yakin
yang besar dan hebat
Dila: Jadi, untuk apa lagi kita dikumpulkan disini?
Mayang: Iya untuk apa? kalau untuk membicarakan ide
bodohmu itu mending saya keluar saja deh
Dila: Iya saya juga
Ayu: Ini ada apa sih kok mau keluar- keluar begitu
saja?
Aksa: Iya nih Dila sama mayang, dewasa sedikit dong.
Sudah mau lulus SMA kok perilakunya kayak anak TK begitu
Dila: Hei Aksa jangan sembarangan yah
Mayang: Iya, jangan sembarangan bicaranya kamu
Idrus: Sudahlah teman- teman saya mohon diam
sekarang juga, karena saya hanya akan bicara sebentar. Baik, saya mengumpulkan
kalian karena kalian adalah para pengurus OSIS sebelumnya bersama saya, selain
itu kalian juga adalah orang- orang yang paling dipercaya di kelas kalian
masing- masing. Jadi, saya percaya keputusan yang akan kita ambil bersama
disini adalah gambarn keputusan dari teman- teman kita yang lain.
Indah: Yeyy asyik, asyik kita dipercaya, dipercaya,
dipercaya horeeee
Idrus: Indah tolong diam sebentar. Begini, mungkin
sebagian dari kalian sudah tahu tentang ide yang saya usulkan kemarin dan saya
juga sudah tahu tanggapan beberapa orang tentang ide saya itu, tapi hari ini
saya ingin melakukan voting atau pengambilan keputusan secara resmi
Dila: Itu kan, aku bilang juga apa pasti tentang ide
gila kamu itu
Idrus: Tunggu dulu Dila, aku Cuma mau tahu pendapat
teman- teman kita yang lain, karena secara pribadi aku yakin pasti bahwa ide
aku itu bukan ide gila atau ide bodoh seperti yang kamu selalu katakan
Indah: Memangnya ide apaan sih?
Idrus: Ide ttentang acara perpisahan kita yang
menurut aku baiknya sih kita lakukan saja dengan melakukan bakti sosial dan
acara- acara amal lainnya, agar dapat berguna bagi sesama juga, bukan hanya sekedar
kesenangan yang kita peroleh
Ayu: Jadi, kalau begitu kita tidak akan membuat
acara yang mewah dan tidak akan mengundang DJ terkenal itu
Indah: Yah enggak seru dong
Dila: Iya pasti enggak bakal seru, dan pasti akan
gaje luar biasa, krik- krik gitu
Mayang: Kamu dengar sendiri kan mereka juga tidak
setuju, jadi sudahlah kamu menyerah saja dengan idemu itu
Idrus: Apa benar Ayu, indah kalian tidak setuju?
Ayu: Hmm sepertinya iya deh
Indah: Iya saya juga
Idrus: Kalau kau Aksa?
Aksa: Kalau aku setuju- setuju saja
Mayang: Dan itu enggak akan ngefek. 4: 2
perbandingannya jauh. Jadi, keputusannya usulan kamu tidak diterima
Idrus: Iya aku tahu, karena memang aku sudah siap
dengan kemungkinan ini. Tapi, asal teman- teman tahu bukannya aku tidak terima
atas keputusan ini, tapi tekad ku sudah bulat bahwa kalau perpisahan ini tetap
dilaksanakan dengan glamour seperti itu, saya mohon maaf tidak bisa
berpartisipasi dalam acara itu
Dila: Oh jadi ini bentuk protesmu
Idrus: Tidak, ini hanya masalah prinsip yang sudah aku
yakini
Mayang: Kamu enggak ada solidaritasnya sama sekali
yah
Idrus: Bukan begitu, tapi ini sudah jadi keputusanku
Ayu: Tapi ini kan acara 3 tahun sekali, rugi loh
Indah: Iya, nanti jadi enggak rame
Dila: Tenang saja Indah, 1 orang yang tidak ada juga
tidak akan berpengaruh besar. Ini kan juga sudah keputusan kamu kan Idrus?
Idrus: Iya
Mayang: Kalau begitu rapat kita sudah selesai kan?
Aku harus pergi sekarang, soalnya sibuk mau kumpulin dana acara perpisahan kita
secepatnya. Ups, perpisahan kami maksudku
Idrus: Iya rapat hari ini saya tutup.
Wassalaamualaikum Wr. Wb
Babak 9
Latar tempat: Aula untuk seminar motivasi
Latar waktu: Pagi Hari
Pemain yang terlibat: Idrus & Qalbi ( Motivator
)
Berbagai
kondisi yang datang menghampiri harus ia hadapi. Show must go on dan tak banyak yang ingin ia pertunjukkan dalam
terang, hanya sebuah pembuktian yang akan meringsuk dari gelap menuju terang.
Ia kini mengfokuskan diri untuk usahanya masuk ke Universitas terkenal di luar
negeri. Berbagai seminar ia ikuti sambil mencari berbagai informasi tentang
beasiswa kuliah ke luar negeri.
Motivator:
Sahabatku semua yang super duper kita harus tahu bahwa hidup tak akan berjalan
semudah dan semulus yang kita inginkan, karena sebenarnya rencana tuhan jauh
lebih indah dari rencana umatnya. Karena yang penting kita ingat bahwa tentu
masa depan tidak semudah yang dibayangkan para remaja lalai tak juga sesulit
yang dibayangkan para wanita yang bercerai. Oleh karena itu jangan sampai kita
membuang waktu untuk hal yang sia- sia sementara peluang dan kesempatan sudah
tidak sabar menanti di depan. Jadi kesimpulannya orang- orang yang mengeluh
akan malangnya nasib adalah orang- orang yang lalai di masa lalu dan tidak siap
untuk masa kini terlebih lagi masa akan datang. Dan jangan sampai kita termasuk
salah satu dari kelompok itu agar terhindar dari sesal yang tidak berujung dan
melelahkan. Apakah ada pertanyaan sejauh ini?
Idrus: Saya mbak. Apa salah jika kita menghindar
dari massa/ kelompok yang tidak sesuai dengan prinsip yang kita pegang teguh?
Terima kasih
Motivator: Oh begitu. Pertanyaan yang super duper
sekali jadi begini dek. Hidup itu pilihan dan prinsipmu adalah salah satu
pilihanmu. Dan ini hidupmu bukan hidup kelompok itu, jadi berpegang teguhlah pada prinsip yang
kamu yakini kalau itu memang adalah hal yang baik. Dan ingat setelah memegang
teguh prinsip itu jalanilah hidup adek dengan optimis agar semuanya bisa
berjalan dengan baik dan tanpa penyesalan nantinya. Terima kasih
Babak 10
Latar tempat: Aula
Latar waktu: Pagi hari
Pemain yang terlibat: Idrus dan Putri ( tim
pewawancara )
Bagai
seorang prajurit yang siap berperang dengan berbagai senjata yang telah ia
siapkan terutama senjata mental yang seringkali terpental jauh saat dalam
keadaan panik. Terlebih lagi konon kabarnya tahap wawancara untuk beasiswa
kuliah ke luar negeri adalah tahap yang sangat menakutkan, banyak prajurit yang
gugur pada tahap ini. Begitupula pada tahap wawancara kali ini ada sangat
banyak peserta yang menjadi pesaing tangguh bagi Idrus. Tapi inilah saat yang
paling ia tunggu- tunggu saat pembuktian ataukah berujung penghinaan,
Pewawancara: Ok kita mulai yah wawancaranya. Nama
kamu siapa?
Idrus: Ahmad Idrus Al- Islami mbak
Pewawancara: Haa mbak, mbak memangnya saya saudara
kamu atau kau pikir saya penjual bakso di desa kamu
Idrus: Oh
maaf mbak, upss maksud saya bu, mbok, neng aduh saya panggil apa yah?
Pewawancara: Panggil saja kakak
Idrus: Oh iya kak
Pewawancara: Kamu dari mana?
Idrus: Dari Kabupaten Pinrang kak tepatnya di
Sempang
Pewawancara: Namanya siapa?
Idrus: Kan tadi suudah kak
Pewawancara: Kapan?
Idrus: Tadi, baru juga 2 menit yang lalu mungkin
Pewawancara: Oh ya? Saya lupa jadi sebenarnya nama
kamu siapa?
Idrus: Ahmad Idrus Al- Islami kak
Pewawancara: Asal daerahnya dimana?
Idrus: Aduh... Kabupaten Pinrang kak, Sempang,
Sempang
Pewawancara: Oh Pinrang toh bilang dong dari tadi
Idrus: Kan sudah dari tadi kak, ah sudahlah
Pewawancara: Jadi, sebenarnya apa motivasi kamu
untuk kuliah ke luar negeri?
Idrus: Saya rindu untuk merasa bangga dengan negara
saya sendiri, karena saya tahu bahwa jika kita ingin melihat rumah kita dengan
begitu indah maka lihatlah dari luar rumahmu. Saya juga rindu melihat dan
merasa bangga atas keragaman negeriku tercinta ini. Saya rindu melihat
beragamnya suku, bahasa dan adat. Saya rindu untuk merasakan gejolak yang hebat
dalam diri saya sendiri ketika mendengar lagu Indonesia raya di luar rumah saya
dan saya rindu dengan nasionalisme yang seharusnya memang sudah tertanam dalam
jiwa setiap warga negara ini dan nasionalisme inilah yang akan kembali
membimbing saya untuk pulang dan kembali mengabdi pada negeriku tercinta
Indonesia
Pewawancara: Jadi begitu. Ya sudah kamu boleh keluar
dan tunggu hasilnya 5 menit lagi karena kamu peserta terakhir hari ini. Siapa
tadi namanya?
Idrus: Idrus kak
Pewawancara: Oh iya Idrus yah