Selasa, 24 Mei 2016

Bismillaahirrahmaanirahim. Masih lanjutan drama ( postingan ke- 4)



Babak 8       
Latar tempat: Ruang OSIS
Latar waktu: Pagi hari
Pemain yang terlibat: Idrus, Aksa, Mayang, Dila, Indah, Ayu
            Tak akan semudah membalikkan telapak tangan, tapi juga tak sesulit membalikkan kapal sendirian. Hal inilah yang dijadikan prinsip oleh Idrus dan membimbingnya kembali dengan semangat pagi untuk menyerukan kebenaran hakiki pada kawan- kawannya. Di sebuah ruangan dimana argumen akan pecah itulah ia akan mencoba memantulkan keraguan dan ketidakpercayaan teman- temannya menjadi rasa yakin yang besar dan hebat
Dila: Jadi, untuk apa lagi kita dikumpulkan disini?
Mayang: Iya untuk apa? kalau untuk membicarakan ide bodohmu itu mending saya keluar saja deh
Dila: Iya saya juga
Ayu: Ini ada apa sih kok mau keluar- keluar begitu saja?
Aksa: Iya nih Dila sama mayang, dewasa sedikit dong. Sudah mau lulus SMA kok perilakunya kayak anak TK begitu
Dila: Hei Aksa jangan sembarangan yah
Mayang: Iya, jangan sembarangan bicaranya kamu
Idrus: Sudahlah teman- teman saya mohon diam sekarang juga, karena saya hanya akan bicara sebentar. Baik, saya mengumpulkan kalian karena kalian adalah para pengurus OSIS sebelumnya bersama saya, selain itu kalian juga adalah orang- orang yang paling dipercaya di kelas kalian masing- masing. Jadi, saya percaya keputusan yang akan kita ambil bersama disini adalah gambarn keputusan dari teman- teman kita yang lain.
Indah: Yeyy asyik, asyik kita dipercaya, dipercaya, dipercaya horeeee
Idrus: Indah tolong diam sebentar. Begini, mungkin sebagian dari kalian sudah tahu tentang ide yang saya usulkan kemarin dan saya juga sudah tahu tanggapan beberapa orang tentang ide saya itu, tapi hari ini saya ingin melakukan voting atau pengambilan keputusan secara resmi
Dila: Itu kan, aku bilang juga apa pasti tentang ide gila kamu itu
Idrus: Tunggu dulu Dila, aku Cuma mau tahu pendapat teman- teman kita yang lain, karena secara pribadi aku yakin pasti bahwa ide aku itu bukan ide gila atau ide bodoh seperti yang kamu selalu katakan
Indah: Memangnya ide apaan sih?
Idrus: Ide ttentang acara perpisahan kita yang menurut aku baiknya sih kita lakukan saja dengan melakukan bakti sosial dan acara- acara amal lainnya, agar dapat berguna bagi sesama juga, bukan hanya sekedar kesenangan yang kita peroleh
Ayu: Jadi, kalau begitu kita tidak akan membuat acara yang mewah dan tidak akan mengundang DJ terkenal itu
Indah: Yah enggak seru dong
Dila: Iya pasti enggak bakal seru, dan pasti akan gaje luar biasa, krik- krik gitu
Mayang: Kamu dengar sendiri kan mereka juga tidak setuju, jadi sudahlah kamu menyerah saja dengan idemu itu
Idrus: Apa benar Ayu, indah kalian tidak setuju?
Ayu: Hmm sepertinya iya deh
Indah: Iya saya juga
Idrus: Kalau kau Aksa?
Aksa: Kalau aku setuju- setuju saja
Mayang: Dan itu enggak akan ngefek. 4: 2 perbandingannya jauh. Jadi, keputusannya usulan kamu tidak diterima
Idrus: Iya aku tahu, karena memang aku sudah siap dengan kemungkinan ini. Tapi, asal teman- teman tahu bukannya aku tidak terima atas keputusan ini, tapi tekad ku sudah bulat bahwa kalau perpisahan ini tetap dilaksanakan dengan glamour seperti itu, saya mohon maaf tidak bisa berpartisipasi dalam acara itu
Dila: Oh jadi ini bentuk protesmu
Idrus: Tidak, ini hanya masalah prinsip yang sudah aku yakini
Mayang: Kamu enggak ada solidaritasnya sama sekali yah
Idrus: Bukan begitu, tapi ini sudah jadi keputusanku
Ayu: Tapi ini kan acara 3 tahun sekali, rugi loh
Indah: Iya, nanti jadi enggak rame
Dila: Tenang saja Indah, 1 orang yang tidak ada juga tidak akan berpengaruh besar. Ini kan juga sudah keputusan kamu kan Idrus?
Idrus: Iya
Mayang: Kalau begitu rapat kita sudah selesai kan? Aku harus pergi sekarang, soalnya sibuk mau kumpulin dana acara perpisahan kita secepatnya. Ups, perpisahan kami maksudku
Idrus: Iya rapat hari ini saya tutup. Wassalaamualaikum Wr. Wb
Babak 9
Latar tempat: Aula untuk seminar motivasi
Latar waktu: Pagi Hari
Pemain yang terlibat: Idrus & Qalbi ( Motivator )
            Berbagai kondisi yang datang menghampiri harus ia hadapi. Show must go on dan tak banyak yang ingin ia pertunjukkan dalam terang, hanya sebuah pembuktian yang akan meringsuk dari gelap menuju terang. Ia kini mengfokuskan diri untuk usahanya masuk ke Universitas terkenal di luar negeri. Berbagai seminar ia ikuti sambil mencari berbagai informasi tentang beasiswa kuliah ke luar negeri.
 Motivator: Sahabatku semua yang super duper kita harus tahu bahwa hidup tak akan berjalan semudah dan semulus yang kita inginkan, karena sebenarnya rencana tuhan jauh lebih indah dari rencana umatnya. Karena yang penting kita ingat bahwa tentu masa depan tidak semudah yang dibayangkan para remaja lalai tak juga sesulit yang dibayangkan para wanita yang bercerai. Oleh karena itu jangan sampai kita membuang waktu untuk hal yang sia- sia sementara peluang dan kesempatan sudah tidak sabar menanti di depan. Jadi kesimpulannya orang- orang yang mengeluh akan malangnya nasib adalah orang- orang yang lalai di masa lalu dan tidak siap untuk masa kini terlebih lagi masa akan datang. Dan jangan sampai kita termasuk salah satu dari kelompok itu agar terhindar dari sesal yang tidak berujung dan melelahkan. Apakah ada pertanyaan sejauh ini?
Idrus: Saya mbak. Apa salah jika kita menghindar dari massa/ kelompok yang tidak sesuai dengan prinsip yang kita pegang teguh? Terima kasih
Motivator: Oh begitu. Pertanyaan yang super duper sekali jadi begini dek. Hidup itu pilihan dan prinsipmu adalah salah satu pilihanmu. Dan ini hidupmu bukan hidup kelompok itu,  jadi berpegang teguhlah pada prinsip yang kamu yakini kalau itu memang adalah hal yang baik. Dan ingat setelah memegang teguh prinsip itu jalanilah hidup adek dengan optimis agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan tanpa penyesalan nantinya. Terima kasih
Babak 10
Latar tempat: Aula
Latar waktu: Pagi hari
Pemain yang terlibat: Idrus dan Putri ( tim pewawancara )
            Bagai seorang prajurit yang siap berperang dengan berbagai senjata yang telah ia siapkan terutama senjata mental yang seringkali terpental jauh saat dalam keadaan panik. Terlebih lagi konon kabarnya tahap wawancara untuk beasiswa kuliah ke luar negeri adalah tahap yang sangat menakutkan, banyak prajurit yang gugur pada tahap ini. Begitupula pada tahap wawancara kali ini ada sangat banyak peserta yang menjadi pesaing tangguh bagi Idrus. Tapi inilah saat yang paling ia tunggu- tunggu saat pembuktian ataukah berujung penghinaan,
Pewawancara: Ok kita mulai yah wawancaranya. Nama kamu siapa?
Idrus: Ahmad Idrus Al- Islami mbak
Pewawancara: Haa mbak, mbak memangnya saya saudara kamu atau kau pikir saya penjual bakso di desa kamu
Idrus:  Oh maaf mbak, upss maksud saya bu, mbok, neng aduh saya panggil apa yah?
Pewawancara: Panggil saja kakak
Idrus: Oh iya kak
Pewawancara: Kamu dari mana?
Idrus: Dari Kabupaten Pinrang kak tepatnya di Sempang
Pewawancara: Namanya siapa?
Idrus: Kan tadi suudah kak
Pewawancara: Kapan?
Idrus: Tadi, baru juga 2 menit yang lalu mungkin
Pewawancara: Oh ya? Saya lupa jadi sebenarnya nama kamu siapa?
Idrus: Ahmad Idrus Al- Islami kak
Pewawancara: Asal daerahnya dimana?
Idrus: Aduh... Kabupaten Pinrang kak, Sempang, Sempang
Pewawancara: Oh Pinrang toh bilang dong dari tadi
Idrus: Kan sudah dari tadi kak, ah sudahlah
Pewawancara: Jadi, sebenarnya apa motivasi kamu untuk kuliah ke luar negeri?
Idrus: Saya rindu untuk merasa bangga dengan negara saya sendiri, karena saya tahu bahwa jika kita ingin melihat rumah kita dengan begitu indah maka lihatlah dari luar rumahmu. Saya juga rindu melihat dan merasa bangga atas keragaman negeriku tercinta ini. Saya rindu melihat beragamnya suku, bahasa dan adat. Saya rindu untuk merasakan gejolak yang hebat dalam diri saya sendiri ketika mendengar lagu Indonesia raya di luar rumah saya dan saya rindu dengan nasionalisme yang seharusnya memang sudah tertanam dalam jiwa setiap warga negara ini dan nasionalisme inilah yang akan kembali membimbing saya untuk pulang dan kembali mengabdi pada negeriku tercinta Indonesia
Pewawancara: Jadi begitu. Ya sudah kamu boleh keluar dan tunggu hasilnya 5 menit lagi karena kamu peserta terakhir hari ini. Siapa tadi namanya?
Idrus: Idrus kak
Pewawancara: Oh iya Idrus yah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar